Chudan Tsuki

Chudan Tsuki
Teknik Chudan Tsuki (pukulan lurus ke ulu hati) dalam gambar motion

Minggu, 24 April 2011

Kita Pakai Osh atau Osu??

Hal ini bermula dari ketidak tahuan saya sendiri. Semenjak saya memulai latihan hingga sabuk hitam pun, tidak pernah mendapat informasi tentang pengertian yang benar tentang Osu. Selama ini saya cukup melafalkan kata Osss…atau Osh…dalam latihan untuk menunjukkan 2 pengertian :
Pertama, di saat bertemu dan hormat dengan senior atau pelatih.
Yang kedua, bila mendapat perintah, yang diterjemahkan dalam kata “iya, atau siap! akan dilakukan”.

Dan selama itu, hingga saya sabuk hitam tingkat DAN I pun, saya tidak pernah mengerti dan memahami lebih lanjut mengenai Osss….atau Oshh yang selalu saya lafalkan setiap saat sebagai karateka.

Dalam berbagai kesempatan, dalam surat-surat resmi yang dituangkan oleh Pengurus Provinsi, Pengurus Kota, baik itu dari Perguruan (Lemkar*) atau FORKI (SUMBA*). Kata-kata Osh yang selalu saya dapatkan, dan tertanam dalam hati dan pemikiran saya, bahwa memang kata itu sudah benar penggunaannya. Hingga, satu hal kecil, satu hal sepele yang membuka cakrawala berpikir saya. Membaca sebuah komik dengan latar belakang Karate di Jepang, komik bernama KOTARO, di sana seringkali dalam ucapannya disebut kata Osu.

Awalnya saya cuek, saya anggap kesalahan ketik dari penerbit (Gramed**), karena Osss yang saya ketahui selama ini tulisannya Osh. Hingga berkali-kali, di buku-buku berikutnya kata Osu selalu ditampilkan ketimbang penggunaan Ossss atau Osh. Lama-lama saya penasaran, hingga akhirnya saya mencari segala info yang berkaitan dan mendapat penjelasan yang dapat dipahami untuk kita semua.

Saya merasa perlu untuk mempostingkan ini, karena masih banyak para karateka, dari yang sejak dulu memang tidak tahu apa, hingga karate masa kini yang salah kaprah tentang Osu. Semoga dapat bermanfaat….

Si Biang Keladi


Sebagaimana dijelaskan oleh Senpai Bachtiar Effendi, pemilik Fokushotokan.com, indoshotokan.blogspot.com dan media karate.blogspot.com, timbulnya kesalahan diawali oleh pelafalan kata Osu itu sendiri.

Osu! Seringkali diucapkan dengan intonasi yang agak cepat, sehingga huruf U di akhir kata nyaris tak terdengar. Sehingga bagi telinga kita yang tedengar seperti Oss. Kemudian menjadi lazim dituliskan menjadi Osh,ditengarai sebagai upaya menjepang-jepangkan bunyi Osss dengan menambah akhiran H, karena kebiasaan huruf Jepang banyak memakai huruf H, sperti sHotokan atau kyokusHin, dll.

Kalaupun ada pembenaran terhadap pemakaian huruf Osh, hanya dengan berdasar pada penggunaan kata Ohayo-Gozaimasu, yang bila disingkat dengan ucapan Ohayos..akhirnya cuma disebut `Osh'.
Akan tetapi, sebagian besar praktisi beladiri lebih sepakat pada pemakaian kata Osu.


Mendalami Osu itu …


Dalam kebudayaan Jepang, kata Osu 押 merupakan contoh bentuk ringkas dari pengucapan kata semisal Ohayo gozomaisu (selamat pagi). Ohayo Gozomaisu adalah bahasa yang baku, dalam pergaulan sehari-hari, orang-orang Jepang lebih biasa memakai Osu.

Memang kadang, kalau di kampus di Jepang mudah ditemui mahasiswa yang junior akan mengucap salam lengkap, misalnya ohayougosaimasu kalau pagi, sementara yang senior dengan santai jawab Osu.

Jawaban Osu atas ucapan salam itu kurang sopan, atau hanya boleh dijawab dari yang senior kepada yang junior, itupun hanya dilakukan kalau kepada orang dalam. Artinya kalau kepada tamu, atau orang yang bukan anggota dojo atau kelompoknya, maka jawabannya seperti itu tidak sopan. Jadi ketika si junior bilang selamat pagi, seniornya malas jawab selamat pagi juga, dia hanya jawab ya (osu), begitu tata kramanya yang hanya boleh dilakukan oleh senior dan itupun pada orang dalam kelompoknya sendiri, bukan orang yang baru kenal. Pun demikian, akan lebih baik kalau senior pun menjawab lengkap, ohayougosaimasu juga, kalau itu pagi hari.

Kata Osu aslinya ditulis dalam karakter huruf Cina, terdiri dari 2 karakter. Karakter pertama adalah Osu berarti mendorong, sedangkan karakter kedua adalah Nin berarti ketabahan. Oleh karena itu, dalam konteks ini Osu mempunyai makna “Bersabar/ tabah”. Dalam pengertian lengkap, Osu dimaknai sebagai usaha untuk medorong, memacu diriuntuk tetap tabah menghadapi kesulitan-kesulitan, baik itu dalam latihan, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Osu adalah bahasa atau perkataan yang dipakai oleh kita ratusan kali di dalam latihan kita di dojo. Karena karate memang beladiri yang berfilosofis, Osu berkembang menjadi makna yang lebih dalam.

Setiap kali kita mengucapkan Osu, kita akan mengingatkan kepada diri kita sendiri untuk bersabar atau Shinobu 忍. Sangat mudah untuk membiarkan kita kehilangan kesabaran. Ketika cuaca panas dan tidak menyenangkan, beberapa murid yang tiba di dojo merasa terganggu dengan mengatakan, hari ini merasa tidak bersabar. Sebab saya merasa tidak senang dan tertekan. Oleh karena itu kami memperlakukan para anggota tidak dengan rasa hormat. Ini salah, dan kami mengucapkan osu untuk mengingatkan diri kami sendiri untuk tidak membiarkan itu terjadi. Kesabaran diperlukan untuk mendapatkan pengertian latihan yang benar.

Sebab maksud dari latihan karate adalah untuk melatih tubuh menjadi kuat dan bertenaga. Tubuh dilatih oleh latihan pemikiran. Ketika pikiran dan tubuh menjadi kuat, akan memimpin penyatuan yang menghasilkan semangat yang kuat. Dimana disemangat yang kuat inilah yang ingin dicapai di dalam latihan karate.

Semangat yang kuat dihasilkan dari keseimbangan pribadi masing-masing. Untuk mencapai tujuan ini harus menyelesaikan latihan dengan benar yang memerlukan kesabaran. Setiap kali kita mengucapkan osu, kita menegaskan ketetapan hati untuk mencapai maksud yang sebenarnya dari karate.

Pembantahan arti Osu


Dan pada kenyataannya di dalam dunia beladiri sendiri terdapat salah kaprah oleh berbagai praktisi beladiri mengenai maksud dari Osu.
Komentar berikut saya dapatkan dari salah satu forum beladiri Kempo di Indonesia, dengan pernyataan lebih kurang begini :

Mohon supaya ada perhatian untuk tidak menggunakan salam "Osh" di kalangan kenshi Kempo. "Osh" bukanlah salam persaudaraan Shorinji Kempo tetapi salam khas Karate. Kenshi Shorinji Kempo di Indonesia jangan ikut-ikutan tanpa mengerti hal ini. "Osh" adalah kepanjangan dari "Oshi Shinobu" yang berarti "Anda yang dibunuh atau saya yang dibunuh = anda yang menang atau saya yang menang". Di dalam Kempo, filsafat kita adalah Kasih Sayang dan Kekuatan. Kita tidak mengedepankan kekuatan saja sebagaimana arti dari Oshi Shinobu. Salam yang selalu dipakai di Jepang adalah "Onegosaimasu" (terima kasih telah mengajari saya) antar kenshi atau dari kenshi kepada Sensei..

Ada beberapa hal yang dapat dijelaskan untuk membantah dari pernyataan seperti ini :
Osh yang dimaksud dalam pernyataan ini dalam karate tidak ada, dalam karate hanya dikenal :

Osu, yaitu sebagai usaha untuk medorong, memacu diriuntuk tetap tabah menghadapi kesulitan-kesulitan, baik itu dalam latihan, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
kemudian hal lainnya , kata yang kedengarannya seperti "Osh" itu artinya sama seperti kata slenk orang Jepang, "Yosh" atau "Yoshi", yang artinya "Baiklah" atau "Akan saya laksanakan" atau "Baiklah kalau begitu".

Mengenai arti Oshi Shinobu itu sendiri seperti yang dituduhkan di atas adalah sebuah kekeliruan.
Oshi dalam kamus jepang artinya orang yang lambat
Sedang Shinobu berarti menekan (untuk tabah)
Jadi sama sekali tidak ada “Osh” seperti yang dijelaskan sebagai Oshi Shinobu adalah Anda yang dibunuh atau saya yang dibunuh.


Osu dalam Latihan


Kata "Osu" adalah sebuah kata pendek yang mempunyai arti sangat dalam, yaitu "akan berjuang/belajar/berusaha semaksimal mungkin".


Jadi apabila seorang Karate-ka berteriak, "Osu, Sensei/Senpai/Sihan!", berarti ia berteriak, "Sensei/Sempai/Sihan, saya akan berjuang/belajar/berusaha semaksimal mungkin".


Makanya kan biasanya para Sihan atau para Senpai ataupun para Sensei suka menyuruh kita berteriak "Osu!" lebih keras lagi saat sehabis menasehati atau memerintahkan sesuatu.

Juga saat Para Sensei/Sihan/Senpai berteriak "Osu!", mungkin berarti sama yaitu mereka mengajak kita "murid2"-nya untuk berjuang/belajar/berusaha semaksimal mungkin



Silahkan beri komentar di bawah ini

Selasa, 12 April 2011

KARATE SMU

Prolog



Karate bagi SMU selalu menarik perhatian saya. Telah 5 tahun lebih sedikit saya pernah melatih karate bagi kalangan pelajar ini. Bukan hanya dari segi eksternal, tapi juga internal. Eksternal yang dimaksud di sini adalah bahwa saya lebih menyukai konsep melatih orang yang sudah mendekati kedewasaan dan kematangan fisik serta mentalnya. Ya, kira-kira umur-umur an SMU itu lah, 16-18 tahun. Sementara dari faktor internalnya, saya menyukai tantangan dimana pada saat ini pelajar SMU itu adalah bukan hanya sebatas manusia biasa dengan segempal daging saja, tapi mereka adalah manusia yang bergairah, penuh semangat, penuh cinta, penuh motivasi, bergelimang impian, mereka juga dalam persimpangan menuju jalan kehidupan yang akan merubah kehidupan mereka bila benar-benar matang kelak.


Saya suka ide bahwa pengaruh baik yang kita tanamkan akan membantu mereka menjadi pribadi dengan jati diri yang baik pula. Sebagai pelatih saya cukup senang mengetahui ada mantan anak didik saya yang sukses masuk ke dalam ABRI, POLRI, ada juga yang jadi orang berpengaruh di Kampus nya, dsb.

Namun sekarang tantangan sudah jauh lebih terjal untuk Karate bagi pelajar SMU. Pertama, dari sisi pendidikannya, pada saat sekarang sistim UN (Ujian Nasional) yang “menakutkan” lebih dulu membuat mereka “keder” duluan. Mereka langsung menghentikan kegiatan latihannya begitu akan memasuki masa kelas 3. Padahal hal semacam ini adalah sebuah kemunduran bagi dirinya sendiri.

Tactical of Training

Biasanya, sistim latihan yang saya terapkan memakai konsep :

1. Kelas 1 selama dua periode semester adalah membentuk KIHON (dasar) mereka. Mereka akan menjadi sabuk hijau pada periode akhir ini. Bekal yang cukup untuk membawa mereka ke dunia prestasi.


2. Kelas 2, ini waktu yang pas bagi mereka untuk memulai ikut dalam turnamen. Dalam rentang 1 tahun ini , ada sekitar minimal 2 kali kejuaran tingkat perguruan. Ada sekitar min 1 kali kejuaraan tingkat antar perguruan (FORKI). Ada sekitar min 1 kali lagi kejuaraan terbuka antar DOJO. Ini belum tehitung dengan Seleksi untuk O2SN (Olimpiade Olahraga & Sains Nsional) tingkat Kota/Kab-Sumbar, atau bahkan Nasional.
Jadi, mereka setidaknya akan menghadapi sekitar min 5-6 kali kejuaraan, yang akan mematangkan pengalaman mereka


Para karateka sendiri, bermacam-macam tingkat kemajuan prestasinya, ada yang bisa dalam 1 pertandingan dapat berprestasi, ada yang butuh 2-3 kali bertanding baru prestasi, tapi ada juga yang tidak cepat berprestasi tapi mereka perlahan tapi pasti, secara konstan terus menanjak.
Jadi bisa dibilang kalau 1 tahun masa kelas 2 ini masa pencarian jati diri sebagai atlet maupun sebagai karateka sendiri. Pada masa ini mereka akan mencapai hingga Sabuk Biru Tingkat 2

3. Kelas 3, bila tanpa ada halangan seperti yang sudah disebut kan tadi adalah masa puncak bagi mereka yang biasanya saya latih pada tingkat SMU. Sabuk mereka akan mencapai hingga Sabuk Coklat, mereka sudah dapat memulai Supremasinya dengan menjuarai berbagi turnamen. Banyak contoh kasus beberapa karateka yang saya latih dari Nol, mulai kelas 1 SMU, pada saat menginjak kelas 3 ini mereka sudah menjadi yang salah satu terbaik di era nya. Bahkan mereka mampu melampaui karateka dari dojo lain yang telah memulai terlebih dahulu latihan semnenjak masih SMP atau bahkan SD.

Tak jarang pula mereka bisa lebih dominan ketimbang karateka lain yang lebih dulu punya “NAMA”, punya prestasi duluan.
Tapi, ya itu,,masalah yang slalu saya hadapi selama ini dari tahun ke tahun, adalah kehilangan atlet2 potensial setelah mereka memasuki masa kelas 3.



Si Pembunuh Itu

Ada 2 hal yang menyebabkan mereka menjadi “MENGHILANG” seperti itu. Pertama, desakan orang tua, agar anak memfokuskan diri ke sekolah, karena akan sangat menyangkut dan menentukan masa depannya kelak. Para Orang Tua sangat sangat tidak mau mengambil resiko bila si Anak tidak lulus SMU. Bayangkan, kemana muka akan dipalingkan kalau ternyata anak kita tidak lulus di sekolahnya. Belum lagi biaya pendidikan yang selama 1 tahun akan datang ditanggung kembali. Yang kedua, faktor mental para karateka itu sendiri, mereka kehilangan rasa percaya diri akan mapu melewati UN tersebut.

Demikian lah, fenomena UN telah membunuh banyak karir atlet potensial usia SMU. Mereka telah kehilangan apa yang telah mereka bangun susah payah selama 2 tahun sebelumnya. Sebenarnya tidak hanya mereka yang rugi, Orang Tua, Pelatih dan Dojo juga tentunya akan sangat menderita kerugian, disadari atau tidak.

Pendapat yang mengatakan bahwa, setelah lulus SMU mereka bisa kembali menempa diri dalam latihan adalah tidak bisa dibenarkan lagi. Semuanya tidak akan terasa sama lagi. Tubuh tidak bisa di-sett sama seperti dulu lagi. Stamina, Kelincahan, Kelenturan, Speed, Power yang telah dibangun selama 2 tahun sebelumnya seketika akan jauh DROP, kalau tidak mau dikatakan MENGHILANG. Mengutip salah satu pepatah terkenal dalam dunia karate “Karate itu sama seperti air panas, bila tidak terus dipanaskan, maka ia akan menjadi dingin”. Logika lain, sama halnya dengan Pisau tajam sekalipun, bila jarang digunakan, jarang diasah, maka dia akan tumpul.

Saat Comeback ……


Tohh, kalaupun mereka memang punya keinginan kuat untuk COMEBACK, ada satu hal lagi yang mesti diperhitungkan. Stamina, Kelincahan, Kelenturan, Speed, Power mungkin bisa dibangun dan didapatkan lagi. Cukup dengan kondisi minimal 6 bulan bisa seperti sedia kala. Tapi menyoal REFLEK, RASA, FEELING, itu yang sudah tidak sama lagi seperti sebelumnya. Untuk kembali menghadirkan REFLEK, FEELING tersebut dia hanya akan ada dan ditempa melalui latihan rutin, dan ditempa dengan SPARING atau TURNAMEN. FEELING dan REFLEK itu yang pasling sulit dikembalikan seperti pada masa-masa masih ON FIRE dahulu.

Selain itu, masih ada satu hal lagi dari sisi TECHNICAL yang mesti diketahui juga dapat mempengaruhi COMEBACK. Setelah vakum, kita akan ketinggalan, dengan saingan yang terus melaju, atau kita TERKEJUT dengan hadirnya muka-muka baru yang sangat kompetitif dan terus merangsek ke depan, melindas senior2 nya. Hal-hal inilah yang membuat pilihan COMEBACK menjadi sulit. Dan akhirnya, kehilangan masa depan akan prestasi di dunia karate ini.

Diresapi..

Saran saya, sebagai pelatih kepada karateka di usia SMU, bila ingin berprestasi, tidak ada kata beristirahat. Toh, usia emas atlet karate sendiri tidak panjang, kebanyakan usia 25-26, sudah usia emas, jarang sekali di atas usia itu yang masih prima, kecuali mereka-mereka yang betul betul disiplin dan berdedikasi tinggi pada latihannya. Jadi masa2 SMU dan seudahnya, manfaatkan lah untuk mengukir prestasi sebanyak2nya. Selagi anda masih muda, selagi masih bergairah, termotivasi dan selagi belum ada pekerjaan yang menghalangi.


Mengenai masalah UN, tidak ada yang tidak mungkin asal kita mau dan yakin kepada diri sendiri, meskipun kita tetap rajin latihan, tetap berolahraga. Sebelumnya pernah kah saudara meyakini seorang manusia berduel dengan banteng?? Tanyakan pada Masutatsu Oyama, Orang ini Master dari Kyokushin, dia malah menaklukkan banteng2 tersebut dan bahkan mematahkan tanduk mereka. MUSTAHIL bukan?? Tapi TERJADi. Apalagi kalau hanya masalah UN, Belajar dan Berolahraga adalah kebutuhan, keduanya tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang SMART harus juga SEHAT. Jalani kedua nya dengan sungguh2, maka saudara akan menikmati kesungguh2an itu, tidak hanya satu, tapi keduanya.

Sumber artikel: Penulis sendiri (Surya Karate Club)
Sumber Gambar : Situs Google/ Gambar/ Masutatsu Oyama-Karate SMU


Silahkan komentari di bawah,,

Senin, 11 April 2011

Kisah Gila : Masutasu OYAMA - Kyokushin

Pengantar :

Salam Karate, Osu..!!

Sebelumnya kita sudah pernah membahas mengenai aliran Shotokan. Shotokan termasuk aliran Semi Full Contact, artinya para pengikutnya dalam latihan maupun bertanding tidak diperkenankan memukul/ menendang dengan full power. Nah, di sisi lain masih terdapat aliran Full Contact. Salah satu aliran Full Contact yang terkenal adalah Kyokushin. Kyokushin didirikan oleh Oyama.

Kisah Oyama benar2 luar biasa, ia seorang master petarung sejati, ia sudah pernah ke Korea, Jepang, Cina, Mexico, Amerika dan Hawaii dalam pengembaraannya. Ia menguasai banyak beladiri seperti Judo, Jujitsu, Tinju Barat, Tinju Cina, Beladiri Korea, Karate Shotokan, Karate Goju, dll. Berikut cerita selengkapnya.

Selamat membaca,,

Oyama Muda

Kyokushin didirikan oleh Sosai Matsutatsu Oyama yang dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1923 di Qa Ryong Ri, Yong Chi Myo’n, Chul Na Do, Korea Selatan. Dilahirkan dengan nama Young Li (Hyung Ye), tetapi setelah berimigrasi ke Jepang memaksanya untuk memakai nama Jepang. Dia memilih nama Oyama yang berarti “Gunung Agung”.

Dalam usia yang relatif muda dia dikirim ke Manchuria Cina dan hidup di lahan pertanian milik saudara perempuannya. Saat itu dia mempunyai idola seorang petarung lokal yang biasa bertanding pada acara perayaan sehabis panen. Kemanapun petarung itu pergi untuk bertanding dia selalu mengikutinya. Hingga suatu saat setelah memenangkan pertandingan, petarung itu dengan sombongnya menantang semua orang yang ada di arena untuk maju bertarung. Beberapa saat lamanya tidak ada yang berani maju untuk menghadapi petarung itu, sampai akhirnya majulah seorang lelaki tua kecil maju ke arena. Semua penonton mencemooh orang tersebut tak terkecuali petarung tersebut.

Singkatnya terjadilah pertarungan sengit dan dimenangkan dengan singkat oleh orang tua tersebut. Belum habis rasa heran para penonton orang tua tersebut langsung menghilang di kerumunan. Siapakah orang tua itu ?. Ternyata dia adalah Mr. Yi, orang yang bekerja pada saudara perempuannya. Demi melihat idolanya jatuh tersungkur dalam pertarungan singkat oleh Mr. Yi maka dia merengek minta diajarkan cara bertarung oleh Mr. Yi. Semula Mr. Yi menolaknya dengan alasan dia masih terlalu muda bahkan masih anak-anak. Tetapi karena melihat keinginan yang kuat akhirnya Mr. Yi mengabulkannya. Mulailah dia belajar bela diri Shaku-riki (Kempo Cina) dengan keras setiap harinya, dan setelah 2 tahun mencapai tingkatan Dan I.

Pada umur 12 tahun dia kembali lagi ke Korea dan melanjutkannya dengan latihan beladiri Korea yang dikenal dengan nama Taiken atau Chabee. Beladiri Korea ini merupakan campuran dari Kempo, Kungfu, dan Jiu Jitsu. Latihan ini berlangsung hingga dia berumur 13 tahun.

Si Penguasa Beladiri Sejati


Kemudian dia pindah ke Tokyo Jepang untuk memasuki Sekolah Teknik Penerbangan agar bisa seperti Bismarck, idolanya saat itu. Dia kemudian memasuki Institut Penerbangan di Yamanashi. Bertahan hidup sendiri pada usia semuda itu membuktikan lebih sulit dari yang dia kira, terutama bagi pendatang Korea di Jepang. Selama mengikuti pendidikan dia mulai berlatih Tinju dan Judo.


Suatu hari dia mendapat informasi mengenai Okinawa Karate. Dia tertarik dan mulai berlatih Karate di Dojo Universitas Takushoku Tokyo dibawah asuhan langsung Pelatih Gichin Funakoshi, yang sekarang dikenal dengan Shotokan Karate. Perkembangan latihannya mengalami kemajuan yang sangat mengesankan. Pada usia 17 tahun mencapai sabuk Dan II dan pada usia 20 tahun mencapai sabuk Dan IV. Di satu sisi dia juga serius berlatih Judo, namun dalam perkembangannya tidaklah terlalu menggembirakan. Kemudian dia berhenti berlatih Judo setelah berlatih kurang lebih selama 4 tahun dan mencapai sabuk Dan IV.

Pada saat itu tahun 1943 Perang Dunia II tengah berlangsung dan dia kemudian memasuki Akademi Militer Butokukai Kekaisaran Jepang yang mempunyai spesialisasi dalam perang gerilya, spionase, dan ketrampilan ilmu beladiri individu. Belum sempat dia ditugaskan Perang Dunia II telah berakhir dengan kekalahan Jepang. Ini merupakan penghinaan bagi dirinya sehingga dia harus keluar dari Akademi Militer dan menjadi pengangguran. Dalam masa ini kehidupannya menjadi kacau. Julukan “Trouble Maker” atau biang kerok dari setiap perkelahian di Tokyo melekat pada dirinya. Hingga dia harus sering keluar masuk tahanan. Dia pun menjadi incaran Polisi Militer Tentara Sekutu yang menduduki Jepang akibat sering terlibat perkelahian dengan tentara Sekutu (AS).


Pada saat itu dia melanjutkan latihan Karate dibawah asuhan Master So Nei Chu, seorang Korea yang tinggal di Jepang. Di mana Master So merupakan Ahli Goju Karate yang merupakan murid langsung dari Choyun Miyagi, pendiri Goju Karate. So Nei Chu memperbarui kondisi fisik dan jiwanya untuk dipersiapkan sebagai pemimpin Goju Karate di Jepang nantinya menggantikan Master Choyun Miyagi. Itulah mengapa Master So mendorong dia untuk menyepi, menempa kekuatan fisik, kemampuan teknik, dan jiwanya di pegunungan. Disertai oleh salah seorang murid Master So dia hidup menyepi dan terisolasi selama 6 bulan, tetapi murid tersebut tidak tahan dan diam-diam meninggalkannya. Hal itu malah membuatnya tambah giat berlatih sendiri untuk menjadi seorang Karateka terkuat di Jepang.

Setelah 14 bulan Master So memberitahu bahwa dia tidak dapat lagi membantunya, sehingga memaksa Oyama turun gunung. Kemudian di tahun 1947 setelah turun gunung dia mencoba kemampuannya di Kejuaraan Seni Bela Diri Jepang Divisi Karate, dan dia memenangkannya.

Namun demikian dia merasakan kegalauan setelah kesepian selama 3 tahun, hingga akhirnya dia memutuskan untuk totalitas mengabdikan seluruh hidupnya pada Karate. Ini juga berangkat dari keprihatinannya melihat karate yang berkembang lebih mirip sebagi tarian. Untuk itu ia berobsesi ingin menjadikan Karate sebagai teknik seni beladiri murni. Dia kemudian memulai lagi meyepi di Pegunungan Kiyozumi di Chiba Prefecture (Distrik). Dia memilih tempat ini untuk meningkatkan semangatnya sebagaimana telah dilakukan oleh Master Zen, seorang Pendeta Budha dan tokoh Seni Beladiri. Dia berlatih 12 jam sehari setiap hari tanpa istirahat. Berdiri tegak di bawah hantaman air terjun pegunungan, memecahkan batu kali dengan tangannya, menggunakan pohon sebagai sasaran tinjunya, dan berlari melompati ranting-ranting pohon ratusan kali setiap hari. Setelah 18 bulan dia merasa cukup percaya diri dan dapat mengendalikan dirinya sepenuhnya dia memutuskan untuk kembali turun gunung.

Duel Vs Banteng


Di tahun 1950 Sosai Oyama mulai menguji kekuatannya pada sapi di tempat penyembelihan sapi. Pada awalnya mengalami kegagalan sehingga menyebabkan sapi tersebut lepas dari ikatannya dan mengamuk memporak porandakan apa saja di tempat penyembelihan tersebut. Pemilik rumah penyembelihan tersebut tidak marah dan memaklumi kegagalan Masutatsu Oyama, karena dari awalnya ia tidak yakin Masutatsu Oyama bisa membunuh sapi dengan kepalan tangannya.


Melihat kegagalan tersebut Masutatsu Oyama berlatih lagi dengan keras untuk meningkatkan kekuatannya, dan mencobanya lagi. Kali ini ia berhasil. Kemudian ia tercatat beberapa (52) kali malakukan demonstrasi bertarung dengan sapi. Beberapa di antaranya terbunuh dalam singkat dan beberapa di antaranya dipatahkan tanduknya. Namun demikian ia pernah cidera dan hampir terbunuh dalam demonstrasi di Mexico tahun 1957 pada usia 34 tahun yang mengakibatkannya harus dirawat dan istirahat selama 6 bulan untuk memulihkan kekuatannya kembali. Setelah apa yang dilakukan Masutatsu Oyama ini banyak mendapat kecaman dari kelompok penyayang binatang barulah ia menghentikannya.

Siapa Berani di Amerika ?!

Pada tahun 1952 Masutatsu Oyama melakukan tour ke Amerika Serikat untuk memperkenalkan dan mendemonstrasikan Karatenya. Dia berkeliling ke seluruh Amerika Serikat bertemu dan bertarung dengan banyak orang, dengan petinju, pegulat, karate, kungfu dan sebagainya. Kebanyakan dikalahkannya hanya dengan satu kali pukulan. Kebanyakan tidak lebih dari 3 detik, dan sangat jarang yang lebih dari 3 detik.

Prinsip bertarungnya sangat sederhana, bila ia memukulmu maka kamu hancur. Bila kamu menangkis dengan tangan, maka tanganmu akan hancur. Bila kamu tidak menangkis maka badanmu yang akan hancur. Dia terkanal sebagai “Godhand” atau tangan Tuhan, sebuah manifestasi kehidupan Pahlawan Jepang masa lalu yang disebut “Ichi Geki”, “Hissatsu”, atau “Satu serangan, satu nyawa”. Baginya itulah hakekat sebenarnya dari Karate. Gerak langkah kaki, tipuan, dan teknik-teknik yang rumit adalah nomor berikutnya.

Selama di Amerika Serikat dia bertemu dan akhirnya bersahabat dengan Jacques Sandulescu yang hingga sekarang masih berlatih dan menjabat sebagai Advisor pada International Karate Organization (IKO 1).

Kengerian Dojo Oyama


Pada tahun 1953 Masutatsu Oyama membuka Dojo pertama kalinya di Mejiro pinggiran Tokyo. Pada tahun 1956 membuka Dojo yang sebenarnya yang dipakainya bergantian dengan seorang pelatih Balet. Dojo tersebut terletak di samping Universitas Rikkyo, kurang lebih 500 meter dari Dojo Honbu (Pusat) sekarang. Pada tahun 1957 mempunyai anggota 700-an orang, namun demikian angka droup-outnya sangat tinggi karena latihannya sangat keras. Banyak ahli-ahli beladiri lain yang ikut berlatih di sini hanya untuk “Jis Sen Kumite” atau bertarung secara full body contact. Kenji Kato Salah satu pelatihnya mengatakan bahwa mereka melakukan penelitian dari banyak gaya beladiri dan mengambil banyak teknik untuk menjadikannya teknik berkelahi yang sebenarnya. Inilah yang menjadi perhatian Masutatsu Oyama. Dia mengambil teknik dari semua beladiri tidak terkecuali dari karate sendiri.

Anggota Dojo Oyama mempelajari Kumite dengan serius, sebagai seni beladiri. Sehingga mereka berharap untuk dapat memukul dan dipukul. Dalam Dojo Oyama Kumite memakai sistem full body contact, dimana diperbolehkan memukul dan menendang sekeras-kerasnya sampai lawan terjatuh atau KO. Dengan beberapa larangan antara lain memukul kepala, leher, selangkangan (kemauan), menangkap atau memegang (lebih 3 detik) dan membanting tidak diperbolehkan, menendang kepala diperbolehkan. Ronde dalam Kumite tidak terbatas dan terus berlangsung sampai salah satu kalah atau terjatuh KO. Itulah mengapa angka droup outnya sangat tinggi sekali, mencapai 90%.

Oyama & Bowe

Pada tahun 1952 dalam sebuah demonstrasi di Hawaii Masutatsu Oyama bertemu dengan Bobby Lowe yang terpana akan kehebatan Masutatsu Oyama. Sebenarnya prestasi Bobby Lowe tidaklah jauh berbeda dengan Masutatsu Oyama. Ayahnya seorang pelatih Kungfu, dan pada umur 23 tahun sudah menyandang Dan IV Judo, Dan III Kempo, Dan I Aikido, dan juga sebagai petinju Kelas Welter. Itu tidak lama sebelum kemudian Bobby Lowe menjadi Kyokushin “Uchi deshi” atau “Live-in student “ atau “Murid mondok” pertama kali dengan Masutatsu Oyama. Dia berlatih setiap hari dengan Masutatsu Oyama selama satu setengah tahun. Akhirnya waktu “Uchi deshi” menjadi 1000 hari untuk pemula. Ini menjadikannya terkenal sebagai “Wakajishi” atau “Young Lions” atau “Singa Muda” dari Masutatsu Oyama.

Hanya sedikit dari ratusan pelamar yang diterima sebagai “Kyokushin Uchi deshi”. Pada tahun 1957 Bobby Lowe kembali ke Hawaii dan membuka Dojo Oyama pertama kali di luar Jepang.

Kyokushin


Permulaan Kyokushin, Dojo Pusat seluruh dunia (Honbu) resmi dibuka pada bulan Juni 1964, dan resmi memakai nama “Kyokushin” yang berarti “Puncak kebenaran/ segala-galanya”. Kemudian Kyokushin menyebar ke lebih dari 120 negara dengan anggota terdaftar lebih dari 12 juta (1998), dan menjadikannya organisasi seni beladiri terbesar di dunia. Beberapa pemegang sabuk hitam terkenal antara lain Aktor Sean Connery (Dan I Kehormatan), Aktor Dolph Lundgren (Dan III, Juara Kelas Berat), Presiden Nelson Mandela (Dan VIII Kehormatan), dan yang terakhir Perdana Menteri Australia John Howard (Dan V Kehormatan). Namun sayang sekali pada tanggal 26 April 1994 Masutatsu Oyama wafat karena menderita Kanker Paru-paru walaupun bukan perokok. Ketika masih dalam perawatan sebelum meninggal dan dalam kegalauan Masutatsu Oyama menunjuk Shihan Akiyoshi Matsui (Dan VIII) sebagai penggantinya untuk memimpin Organisasi.

Lebih Dalam Mengenai Shotokan : Symbol, Hati & Filosofi

Pengantar :

Salam Karate, Osu..!!!

Shotokan bisa dibilang dari segi historis dalam dunia perkarate-an adalah aliran tertua dan (mungkin) terbesar. Bapak karate modern, Gichin Funakhosi yang pertama mempopulerkan karate di Jepang adalah seorang Shotokan. Mengenai Shotokan itu sendiri ada banyak cerita yang menarik yang membungkusnya. Silahkan ikuti artikel ini.

Selamat membaca..

Perjalanan Sang Tuan


Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela
diri Jepang saat itu.

Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang. Agar Karate lebih mudah diterima oleh masyarakat Jepang, maka Gichin Funakoshi mengubah kanji Okinawa (Tote = Tangan China) dalam kanji Jepang menjadi ‘karate’ (Tangan Kosong).

Isi Hati Karate-Do



Karate terdiri dari atas dua kanji. Yang pertama adalah ‘Kara’ dan berarti ‘kosong’. Dan yang kedua, ‘te’ berarti ‘tangan’. Yang dua kanji bersama artinya “tangan kosong”.

Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti "Ryukyu Kempo : Karate" dan "Karate-do Kyohan". Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas. Ia memodifikasi karate sampai suatu saat disebut sebagai Karate-Jutsu, sebuah seni bertarung yang menekankan pada aspek filosofinya, cara ini harus dipelajari sepanjang kehidupan sehari-hari oleh seorang murid karate. Hal ini lah yang membuat karate disebut sebagai jalan kehidupan Karate-do ( do, berarti jalan).

Gichin Funakhosi selanjutnya menggabungkan teknik karate dengan Budo tradisional, memasukkan inti sari Budo ke dalam hati karate – suatu jalan seni beladiri yang nyata. Kata Budo dibentuk oleh dua karakter Cina. Bu terdiri dari 2 (dua) simbol, yang satu artinya menghentikan yang didalamnya menggambarkan dua senjata, yang artinya menghentikan perselisihan. Menurut kata Funakoshi sendiri: ” Sejak karate merupakan Budo, pengertian ini harus diputuskan secara mendalam dan pukulan sebaiknya tidak digunakan secara sembarangan ”. Sementara do berarti seni/ jalan.

Si Harimau & Pohon Cemara

Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama "Shoto" yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan "Kan" yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.


Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.

Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru.


Ichigeki Hissatsu


Shotokan adalah aliran karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (seperti Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan.

Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/ frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan. Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari KATA. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga.
Baginya kata adalah karate.

Lalu pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.
Gichin Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

Sumber artikel: dari berbagai sumber
Sumber gambar : Situs Google/ Gambar/ Funakhosi Gichin-Kanji Karate-Lambang Shotokan.
Silahkan berikan komentar di bawah,
u

Sepintas Mengenai Makiwara

Apa itu makiwara ?Makiwara berasal dari dua kata, yaitu "maki" yang berarti bungkusan atau gulungan, dan "wara" yang berarti jerami. Jadi secara harfiah makiwara berarti dibungkus jerami.



Makiwara adalah tiang dari papan yang ditanam kedalam tanah dimana bagian atasnya dililit jerami sebagai sasaran/target. Menurut sejarahnya Makiwara berasal dari
Okinawa salah satu kota di Jepang. Kegunaan makiwara apabila teknik pukulan dilatih tanpa adanya sasaran/target, maka seorang karateka hanya akan mahir dalam memukul tanpa adanya sasaran atau target. Sehingga jika seorang karateka yang telah mahir dalam teknik memukul (latihan tanpa makiwara) apakah ia bisa merasakan maai ?

Dengan mempergunakan makiwara seorang karateka bisa melatih fokus (kime), teknik pukulan (termasuk maai), kecepatan, menguatkan engsel dan persendian tangan.
Sebagian orang menganggap mempergunakan makiwara akan mengalami cidera, hal tersebut adalah salah. Cidera yang dialami adalah karena teknik dan cara melatih pukulan tersebut tidak benar. Apabila teknik pukulan dan pemasangan makiwara dilakukan dengan benar, maka makiwara sangatlah bermanfaat.

Cara Membuat Makiwara
Bahan :
Satu buah Kayu/papan berukuran 4 x 4 inci dengan panjang 8 kaki, diusahakan memiliki ulir (= urat kayu) yang lurus dan searah dengan panjang kayu/papan (tidak berkelok-kelok).
Dua buah kayu dengan panjang 13 inci (diameter terserah, diusahakan ukuran tiang)
Paku.

Alat :
Gergaji, Palu, dan cangkul.

Cara pemasangan :
Pasang/pakukan 2 buah kayu yang berukuran 13 inci pada tiang dengan jarak 8 inci dan 30 inci dari ujung tiang. Kedua kayu tersebut dipasang/dipakukan dengan cara berseberangan pada kedua sisi tiang (lihat pada gambar) yang berguna untuk menahan benturan ketika kayu dipukul. Sebelum ditanam ke tanah sebaiknya kayu tersebut diberi pernis atau cat agar dapat tahan lebih lama dan tidak cepat lapuk nantinya.




Untuk sasaran/target apabila tidak ingin memakai jerami dapat dibuat berupa bantalan. Dimana bantalan diisi busa padat lalu dilapisi kulit atau kalaf (bahan tersebut bisa dibeli ditoko penjual bahan untuk membuat tas dan kursi). Apabila tidak ada bisa mempergunakan kantong-kantong bekas yang bahannya terbuat dari kulit/kalaf. Ketebalan bantal sebaiknya 2 inci dengan lebar yang sama dengan lebar tiang. Tanam tiang kedalam tanah kira-kira 3 sampai 4 kaki atau tergantung seberapa tingginya makiwara dari permukaan tanah. Yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa jarak antara permukaan tanah dengan kayu yang dipasang melintang pada tiang adalah minimal 6 inci. Penimbunan harus dicampur dengan batu agar lebih kuat.

Berbagai macam bentuk Makiwara :






Melatih beberapa teknik pukulan dengan mempergunakan makiwara :
Gichin Funakoshi mengatakan "pukullah dengan pinggul mu bukan dengan tangan mu !", ini berarti bahwa pukulan yang dilakukan berawal dengan pinggul yang memutar sekitar 2-3 inci ke depan lalu baru diikuti dengan tangan.



1. Mae Ken Tsuki

Ketika akan memukul dengan teknik Mae Ken Zuki, pastikan arah pukulan sejajar dengan makiwara. Pukul lah makiwara secara cepat dan kuat dengan arah yang lurus menuju makiwara.

2. Gyaku Tsuki


Gyaku Tsuki adalah teknik pukulan yang paling umum dipraktekkan pada makiwara. Ketika memukul apapun sasaran/target dipastikan bahwa lengan dikunci sehingga menciptakan penembusan maksimum ke dalam sasaran makiwara.
Pergelangan tangan yang lemah dan cara berdiri (kuda-kuda) yang tidak benar sewaktu melaksanakan teknik pukulan tidaklah efektif, sehingga akan mengakibatkan cedera dan frustrasi.

3. Shuto Uchi



Shuto uchi adalah bentuk pukulan lain yang dapat dengan mudah dilatih pada makiwara. Ini adalah satu hal yang baik sebab dapat melatih sisi lain pada tangan. Pastikan bahwa pukulan dilakukan dengan tepi dari tangan dan tidak dengan jari (khususnya kelingking). Ini sangat penting untuk menciptakan tegangan dengan melenturkan dimana tangan terbuka sehingga akan menguatkan jari-jari dan menimbulkan efek keras.

sumber artikel : http://inkanasbkt.co.cc
Sumber gambar : Situs Google/ Gambar/ Makiwara

Silahkan berikan komentar di bawah,

Minggu, 10 April 2011

Sejarah Karate : Extended Version

Pengantar

Sejarah karate sampai saat ini masih terdapat simpang siur, tergantung siapa yang menceritakannya. Disamping sejarah karate yang pernah di posting sebelumnya penulis postingkan, berikut ini ada lagi sisi lain dari sejarah karate.

Meskipun bisa dibilang cerita sejarah pada postingan sebelumnya yang paling kuat nilai historisnya, akan tetapi untuk tujuan melengkapi pemahaman kita mengenai sejarah karate itu, tidak ada salahnya kita juga membaca kisah lainnya.

Sejarah Karate (Extended Version)


Ilmu bela diri sebenarnya sudah dikenal semenjak manusia ada, hal ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan
purbakala antara lain: kapak-kapak batu, lukisan-lukisan binatang yang dibunuh dengan senjata seperti tombak danpanah.

Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin meningkat.

Tersebutlah pada 4.000 tahun yang lalu, setelah Sidartha Gautama pendiri Budha wafat, maka para pengikutnya mendapat amanat agar mengembangkan agama Budha keseluruh dunia. Namun karena sulitnya medan yang dilalui, maka para pendeta diberikan bekal ilmu bela diri. Misi yang ke arah Barat ternyata mengembangkan ilmu Pangkration
atau Wrestling di Yunani. Misi keagamaan yang berangkat ke arah Selatan mengembangkan semacam, pencak silat yang kita kenal sekarang ini. Salah satu misi yang ke Utara menjelajahi Cina menghasilkan kungfu (belakangan di abad XII, kungfu dibawa oleh pedagang Cina dan Kubilai Khan ke negara Majapahit di Jawa Timur).

Dari Cina rombongan yang ke Korea menghasilkan bela diri yang kemudian kita kenal dengan Taekwondo. Dari Korea ternyata rombongan tidak dapat meneruskan perjalanan ke Jepang, tetapi berhenti hanya sampai di kepulauan Okinawa. Tidak berhasil masuknya rombongan ke Jepang, karena di Jepang saat itu sudah mengembangkan ilmu bela diri Jujitsu, Judo, Kendo dan ilmu pedang (Kenjutsu).

Menurut sejarah sebelum menjadi bagian dari Jepang, Okinawa adalah suatu wilayah berbentuk kerajaan yang bebas merdeka. Pada waktu itu Okinawa mengadakan hubungan dagang dengan pulau-pulau tetangga. Salah satu pulau tetangga yang menjalin hubungan kuat adalah Cina. Hasilnya Okinawa mendapatkan pengaruh yang kuat akan budaya
Cina. Sebagai pengaruh pertukaran budaya itu banyak orang-orang Cina dengan latar belakang yang bermacam-macam datang ke Okinawa mengajarkan bela dirinya pada orang-orang setempat. Yang di kemudian hari menginspirasi nama kata seperti Jion yang mengambil nama dari biksu Budha.

Sebaliknya orang-orang Okinawa juga banyak yang pergi ke Cina lalu kembali ke Okinawa dan mengajarkan ilmu yang sudah diperoleh di Cina. Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite, Nahate, dan Tomarite.

Seni bela diri karate pertama kali disebut “Tote” yang berarti seperti “Tangan China”.
Namun demikian pada akhirnya Okinawa-te mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Gichin Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, sehingga membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.

Sumber : dari berbagai sumber

Silahkan berikan komentar di bawah,

7 Rahasia : Teknik Karate Mematikan

Pengantar

Pada postingan berikut akan dijelaskan bagaimana mencapai level teknik yang mematikan. Artinya dalam karate, satu serangan maupun sekedar tangkisan saja, seharusnya sudah dapat melumpuhkan lawan. Itu lah tujuan sesungguhnya dalam upaya menempa diri dalam latihan yang berat dan berketerusan selama bertahun-tahun. Kita baru bisa disebut karateka sejati bila sudah mampu menerapakan satu peluru untuk satu nyawa ini.

Dibawah ini hanyalah teknis dan petunjuk menjalani, selebihnya tentu berpulang pada usaha karateka sendiri. Tentunya akan lebih baik lagi apabila dibimbing oleh pelatih yang mengerti dengan teknik tersebut.

Selamat membaca...

Salam Karate, Osu...!!!

7 Rahasia Teknik Karate Mematikan

1. Katachi (= Bentuk )

Bentuk (Katachi) yang benar adalah selalu berhubungan erat dengan prinsip-prinsip dari ilmu fisika dan ilmu gerak. Syarat utama dari teknik yang benar adalah memiliki keseimbangan yang baik, serta stabilitas yang tinggi dari gerakan masing-masing bagian tubuh. Karena gerakan-gerakan akan dilakukan dalam rangkaian yang cepat didalam jangka waktu yang singkat. Ini adalah suatu prinsip dasar dari sebuah teknik karate, karena pukulan dan tendangan hal yang sangat penting dari seni bela diri karate. Kebutuhan akan keseimbangan yang baik dapat dilihat terutama sekali didalam
menendang, di mana tubuh itu adalah biasanya ditunjang oleh satu kaki. Untuk menahan efek (tenaga balik) yang besar, ketika suatu pukulan didaratkan, stabilitas semua sambungan di lengan dan tangan dan kaki serta bagian tubuh lainnya
adalah hal yang penting diperhatikan.

Dengan berubahnya situasi dan perubahan teknik yang dilakukan, pusat gravitasi berubah ke kanan, ke kiri, ke depan, atau belakang. Ini tidak bisa dilaksanakan kecuali jika syaraf dan otot-otot sungguh terlatih.

Berikutnya, berdiri dengan satu kaki jangka waktu yang lama akan membuat kita mudah diserang (terbuka), maka menyeimbangkan harus terus menerus dilakukan dari satu kaki ke kaki lainya. Karateka harus siap menghindari dan membalas satu pukulan dan siap untuk serangan yang berikutnya.


2. Kokyo (= Pernafasan )


Pernafasan dikoordinasikan dalam pelaksanaan suatu teknik, secara rinci, menarik napas (menghirup) ketika menangkis, menghembuskan ketika memfokuskan (memusatkan) teknik ketika dilaksanakan, dan menarik napas lalu menghembuskan nya ketika teknik teknik yang berurutan dilaksanakan. Bernafas harus tidak seragam; ia akan berubah sesuai dengan perubahan situasi.

Ketika menarik napas (mengisi paru-paru penuh denganoksigen), tetapi ketika membuangnya (menghembuskan) udara tidak dibuang seluruhnya. Biarkan 20 persen tetap didalam paru-paru. Membuang (menghembuskan) seluruh udara yang ada didalam tubuh akan menyebabkan tubuh lemah sehingga kita tidak bisa menangkis, bahkan suatu pukulan yang lemah, serta tidak akan mampu untuk melakukan gerakan berikutnya.

3. Kime (= Pemusatan/Pemfokusan)

Tanpa nafas maka tidak akan ada kehidupan. Tanpa "Kime" Karate adalah tak bernyawa. Adalah penting bahwa karateka harus memahami bahwa semua teknik karate yang harus dilaksanakan dengan kime. Kime adalah memfokuskan/memusatkan energi mental, pernafasan dan puncak kekuatan secara fisik di dalam suatu titik yang diserang.

Karate bukanlah apa-apa tanpa semua unsur-unsur ini. Kunci dari kime adalah pernafasan. Setiap aktivitas secara fisik memerlukan teknik bernafas yang benar, yang akan bekerja dengan tubuh bukan melawannya. Geraman atau erangan tidak akan menghasilkan apa-apa. Seorang karateka harus menggunakan teknik pernafasan dengan menggabungkannya dengan kekuatan otot (tenaga) untuk menghasilkan daya ledak (kekuatan) yang maksimum (menghasilkan kekuatan paling yang mungkin kuat).

Ada berbagai metoda-metoda tentang teknik pernafasan, tetapi metode dasar untuk\ pemula-pemula adalah: 'Satu nafas satu teknik'. Pada waktu rileks (teknik tidak dilakukan) tetapi kendalikan cara bernafas dengan membuang nafas keluar melalui mulut yang terbuka sedikit, akhir pernafasan dan bersamaan dengan akhir teknik menutup mulut secara cepat seperti seolah-olah kita mengigit dan secara bersamaan mengeraskan otot perut, mengkontrasikan (mengeraskan) otot-otot tubuh dan selanjutnya sebelum satu detik rilekskan otot dan menghirup secara normal. Ketika mengeraskan otot perut, perut harus lurus dan terangkat kedepan.

4. Kiai (= Peledakan Energi / Puncak Semangat)

Kiai itu adalah teriakan akhir suatu teknik yang berbarengan dengan pembuangan nafas sehingga pelaksanaan kime yang akan memaksimalkan kuasa gerakan. Kiai juga mempunyai pengaruh yang akan mengejutkan lawan dan membuat mereka tidak bisa membalas.

Konsep dari KI adalah di puncak dari semua seni beladiri dan filsafat (Jepang). KI adalah
roh dan energi beserta pertemuan nafas AI pada [suatu] saat dampak. Melakukan kiai adalah sangat penting. Kiai tidak sekedar suatu sorak atau suara melengking dari kerongkongan. Jika kita menaruh tangan di perut ketika batuk kita akan
merasakan otot-otot perut kita berkontraksi (mengeras). Hal ini sesungguhnya adalah awal dari kiai.
Pertama-tama pahami prinsip-prinsip dan bernafas - Kime seperti dijelaskan diatas - lalu mengabungkannya didalam kiai yang dilakukan.

5. Power and Speed ( = Kekuatan dan Kecepatan )

Kekuatan dihimpun dari kecepatan. Kekuatan berotot saja tidak akan memungkinkan seseorang untuk ahli seni beladiri, atau didalam setiap olahraga sebetulnya. Kekuatan kime (pemfokusan/pemusatan tenaga) pada setiap teknik dasar karate berasal dari konsentrasi kekuatan yang maksimum pada saat waktu benturan (akhir suatu teknik), sangat tergantung dari kecepatan dari pukulan atau tendangan. Kecepatan dan kekuatan pukulan dari seorang karateka yang terlatih baik bisa mencapai tiga belas meter per detik dan menghasilkan kekuatan (tenaga setara dengan tujuh ratus kilogram).

Meskipun kecepatan adalah penting, ia tidak bisa efektif tanpa kendali. Kecepatan dan kekuatan dihasilkan dari pemanfaatan kekuatan dan reaksi. Untuk tujuan ini, satu pengetahuan (pemahaman) dinamika gerak dan penerapannya adalah sangat penting.

6. Concentration and Relaxation of Power (= Konsentrasi & Rileksasi Tenaga )

Tenaga maksimum adalah konsentrasi kekuatan semua bagian-bagian dari tubuh di target. Tidak hanya mengeraskan lengan dan kaki-kaki. Dengan kata lain penting adalah mengurangi pengunaan tenaga yang tidak perlu ketika melaksanakan suatu teknik, akan menghasilkan tenaga yang maksimal ketika diperlukan. Pada dasarnya, kekuatan tenaga dimulai pada saat kosong (nol), dan pada puncaknya (akhir suatu teknik) menjadi seratus persen (ketika berbenturan dengan sasaran), dan secepatnya kembali kosong (nol).

Merilekskan tenaga tenaga bukan berarti
mengurangi kewaspadaan. Selalu waspada dan bersiap untuk gerakan berikutnya.

7. Strengthening of Muscular Power (= Memperkuat Kekuatan Otot)

Pemahaman (pengetahuan) terhadap teori dan prinsip-prinsip dasar karate, tanpa otot-otot yang kuat, terlatih baik dan elastis (lentur) untuk melakukan suatu teknik adalah hal yang sia-sia. Memperkuat otot-otot memerlukan pelatihan rutin.

Pengetahuan teori dan prinsip tanpa kekuatan, latihan yang benar, kelenturan otot untuk melakukan suatu teknik adalah sia-sia (tidak efektif). Adalah sangat penting untuk mengetahui otot yang digunakan untuk melakukan suatu teknik, melatih otot secara khusus (otot yang spesifik), sangat efektif untuk memperbaiki teknik. Dan sebaliknya, semakin sedikit otot-otot yang tak perlu yang digunakan, semakin sedikit hilangnya energi. Otot yang bekerja secara penuh dan harmonis akan menghasilkan teknik-teknik efektif dan kuat.

(Irama dan waktu) Didalam setiap cabang olahraga, kemampuan puncak dari seorang atlit adalah sangat berirama. Hal ini juga berlaku di karate. Irama dan waktu suatu teknik seperti ritme (beat) didalam musik. Tiga faktor pokok adalah pengunaan tenaga yang benar, kelancaran (kecepatan) gerak atau perlambatan gerak ketika melaksanakan teknik serta melenturkan dan mengkontraksikan (mengeraskan) otot.

Kemampuan puncak dari seorang atlit bukanlah hanya bertenaga tetapi juga sangat berirama dan indah. Mengetahui suatu perasaan (pengertian dari irama dan pemilihan waktu adalah satu cara yang sempurna untuk mendapat kemajuan di dalam seni karate

Sumber : http://inkanasbkt.co.cc

Silahkan berikan komentar di bawah,

Sabtu, 09 April 2011

Sejarah Karate : Dari Awal Hingga ke Indonesia

Pengantar :

Ini adalah lanjutan cerita dari postingan yang berjudul Asal Muasal Beladiri China. Bila anda belum membaca postingan tersebut, ada baiknya terlebih dahulu membacanya, baru kemudian melanjutkan membaca postingan ini.

Dalam postingan berikut ini akan diceritakan lebih lengkap, lebih komprehensif mengenai sejarah karate, sejak awal pembentukannya, perkembangannya di Jepang, hingga masuknya ke Indonesia.

Selamat membaca…

Salam Karate, Osu…!!!

Perluasan Beladiri Cina
Masuknya Pengaruh ke Jepang

Selama masa peralihan dari Dinasti Ming ke Dinasti Ching, sejumlah ahli bela diri China melarikan diri ke negara lain untuk membebaskan diri dari penindasan dan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh orang-orang Manchu yang menguasai China. Sebagai akibatnya ilmu bela diri China dari Jaman Ming ini disebarkan ke berbagai negara lain termasuk ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan juga Kepulauan Okinawa. Salah seorang diantaranya Chen Yuan Pao yang menuju ke Jepang, dimana dia selanjutnya mengajarkan gagasan dan teknik Judo.

Sampai pada abad ke-15 Kepulauan Okinawa terbagi menjadi 3 (tiga) Kerajaan. Dan pada tahun 1470 Youshi Sho dari golongan Sashikianji berhasil mempersatukan semua pulau di Kepulauan Okinawa di bawah kekuasaannya. Penguasa ke-2 dari golongan Sho, yaitu Shin Sho, menyita dan melarang penggunaan senjata tajam. Kemudian Keluarga Shimazu dari Pulau Kyushu berhasil menguasai Kepulauan Okinawa, tetapi larangan terhadap pemilikan senjata tajam masih terus diberlakukan. Sebagai akibatnya, rakyat hanya dapat mengandalkan pada kekuatan dan ketrampilan fisik mereka untuk membela diri.

Pada saat yang sama, ilmu bela diri dari Cina mulai diperkenalkan di Okinawa melalui para pengungsi yang berdatangan dari Cina yang saat itu sudah dikuasai oleh bangsa Manchu (Dinasti Ching). Diantara para pengungsi itu ada sejumlah ahli seni bela diri dari China.
Pengaruh ilmu bela diri dari China ini dengan cepat sekali menjalar ke seluruh Kepulauan Okinawa. Melalui ketekunan dan kekerasan latihan, rakyat Okinawa berhasil mengembangkan sejenis gaya dan teknik berkelahi yang baru yang akhirnya melampaui sumber aslinya. Aliran-aliran seni bela diri Te (aslinya Tode atau Tote) di Okinawa terbagi menurut nama daerah perkembangannya menjadi Naha-te, Shuri-te, dan Tomari-te.

Naha-te mirip dengan seni bela diri Cina aliran selatan, khususnya dalam pola gerakan yang dilaksanakan dengan gaya yang kokoh dan sangat tepat bagi orang yang bertubuh besar. Ini lah yang menjadi cikal bakal aliran Shotokan. Shuri-te mirip dengan seni bela diri Cina aliran utara yang pola gerakannya lebih menekankan kegesitan dan keringanan tubuh. Shuri-te yang selanjutnya menjadi cikal bakal terbentuknya aliran Goju-Ryu. Sementara kaum Shimazu makin memperketat larangan atas pemilikan senjata tajam, latihan pola bela diri Te ini makin berkembang.

TOKOH, FAKTA DAN KESIMPULAN PENTING :
Keberadaan peralihan pada masa Dinasti Ching yang dikuasai oleh Bangsa Manchu mengakibatkan banyak ahli beladiri melarikan diri ke luar dari China, merupakan peristiwa krusial yang menentukan menyebarnya beladiri. Termasuk di anataranya Chen Yuan Paoyangmenyebarkan gagasan teknik Judo kelak.
Larangan kepemilikan senjata di masa Shin-Sho ironisnya malah memberikan atmosfer makin berkembangnya beladiri

Sejarah Beladiri di Jepang
Lahirnya Karate

Di Jepang sendiri juga telah ada pola bela diri sejak jaman dulu. Diantaranya yang sangat terkenal sampai saat ini ialah gulat Sumo. Dahulu Sumo sifatnya sangat keras dan ganas, dimana para pesertanya diperbolehkan saling pukul dan tenda ng dan secara mental memang sudah siap mati. Baru pada abad ke-8, pukulan dan tendangan yang mematikan tidak diperbolehkan lagi. Pertandingan Sumo kemudian sudah sangat mirip dengan pertandingan Sumo pada masa sekarang ini.



Tokoh seni bela diri China yang mengungsi dari penjajahan bangsa Manchu juga tersebar ke seluruh Jepang. Berbagai macam gaya dan teknik yang mereka sebarkan menyebabkan timbulnya aliran-aliran baru. Di bawah pengaruh dan bimbingan Chen Yuan Pao, aliran Jiu Jitsu atau seni beladiri aliran lunak didirikan oleh beberapa tokoh beladiri Jepang. Konsep bahwa "Kelunakan dapat mengalahkan kekerasan" dinyatakan berasal dari China, dan aliran ini mengembangkan pengaruhnya yang penting pada pola bela diri lainnya. Diantaranya yang sangat populer ial ah Judo yang didirikan oleh Jigoro Kano.



Karena keuletannya untuk meneliti, melatih, dan mengembangkan diri, Judo telah berhasil diterima merata di seluruh Jepang sebagai satu cabang olah raga modern. Pada tahun 1923, Gichin Funakoshi yang lahir di Shuri, Okinawa pada tahun 1869 untuk pertama kalinya memperagakan Te atau Okinawa-Te ini di Jepang. Berturut-turut kemudian pada tahun 1929 tokoh-tokoh seperti Kenwa Mabuni, Choyun Miyagi berdatangan dari Okinawa dan menyebarkan karate di Jepang.





Kenwa Mabuni menamakan alirannya Shitoryu, Choyun Miyagi menamakan alirannya Gojuryu, dan Gichin Funakoshi menamakan alirannya Shotokan. Okinawa Te ini yang telah dipengaruhi oleh teknik-teknik seni bela diri dari Cina, sekali lagi berbaur dengan seni bela diri yang sudah ada di Jepang, sehingga mengalami perubahan-perubahan dan berkembang menjadi Karate seperti sekarang ini. Berkat upaya keras dari para tokoh ahli seni bela diri ini selama periode setelah Perang Dunia II, Karate kini telah berkembang pesat ke seluruh dun ia dan menjadi olah raga seni bela diri paling populer di seluruh dunia. Masutatsu Oyama sendiri kemudian secara resmi mendirikan aliran Karate baru yang dinamakan Kyokushin pada tahun 1956






KESIMPULAN PENTING :

Sumo merupakan beladiri kuno asli Jepang, tidak diketahui sejarah pastinya dan siapa pendirinya. Beladiri ini telah mengakar sejak ratusan tahun di Jepang.
Chen Yuan Pao, imigran dari Cina, sebagai tokoh sentral yang kelak melahirkan Ju Jitsu.

Judo yang didirikan oleh Jigoro Kano lahir sebagai perkembangan dari Ju Jitsu
Yang petama kali mempopulerkan karate adalah Funakhosi Gichin. Ia yang membentuk aliran Shotokan.

6 tahun setelah kemunculan Gichin, Master karate yang lain adalah Kenwa Mabuni yang membentuk aliran Shito-Ryu dan Choyun Miyagi yang membentuk aliran Goju-Ryu.
Masutatsu Oyama, 20 tahun sesudahnya melahirkan Kyokushin.

Secara teori bisa dikatakan Karate berasal dari seni bela diri asli setempat yang telah mengalami perkembangan berabad-abad lamanya, dan kemudian banyak dipengaruhi oleh teknik perkelahian yang dibawa oleh para ahli seni bela diri Cina yang mengungsi ke Okinawa

Lebih spesifik lagi, pada dasarnya karate berasal dari beladiri tinju Cina, yang kemudian bersatu padu mengambil akar dari beladiri tangan kosong Jepang sebelumnya seperti Sumo, Jujitsu dan Judo. Itulah alasan mengapa karate begitu populer, begitu fleksibel, dan lebih komplit dari beladiri-beladiri pendahulunya. Karena pada hakikatnya juga, Karate adalah gabungan Sumo, Jujitsu, Judo, dan Wushu Shaolin yang telah disempurnakan.

Perkembangan Karate di Indonesia




Pada tahun 1964, kembalilah ke tanah air salah seorang mahasiswa Indonesia yang telah menyelesaikan kuliahnya di Jepang yang bernama Drs. Baud A.D. Adikusumo (Alm.). Beliau adalah seorang karateka yang mendapatkan sabuk hitam dari M. Nakayama, JKA Shotokan. Di Indonesia beliau mulai mengajarkan karate. Melihat banyaknya peminat yang ingin belajar karate, lalu ia mendirikan PORKI (Persatuan Olahraga Karate-Do Indonesia) yang merupakan cikal bakal FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Sehingga beliau tercatat sebagai pelopor seni beladiri Karate di Indonesia. Dan beliau juga adalah pendiri Indonesia Karate-DO (INKADO).

Setelah beliau, tercatat nama putra-putra bangsa Indonesia yang ikut berjasa mengembangkan berbagai aliran Karate di Indonesia, antara lain Bp. Sabeth Mukhsin dari aliran Shotokan, pendiri Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) dan Federasi Karate Tradisional Indonesia (FKTI), dan juga dari aliran Shotokan adalah Anton Lesiangi (pendiri Lembaga Karate-Do Indonesia/LEMKARI), yang pada dekade 2005 karena masalah internal perguruan banyak anggota LEMKARI yang keluar lalu kemudian mendirikan INKANAS (Institut Karate-do Nasional) yang merupakan peleburan dari perguruan MKC (Medan Karate Club). Kabarnya, perguruan ini sekarang menjadi besar dan maju, tidak kalah dengan LEMKARI.

Aliran Shotokan adalah yang paling populer di Indonesia. Selain Shotokan, Indonesia juga memiliki perguruan-perguruan dari aliran lain yaitu Wado dibawah asuhan Wado-ryu Karate-Do Indonesia (WADOKAI) yang didirikan oleh Bp. C.A. Taman dan Kushin-ryu Matsuzaki Karate-Do Indonesia (KKI) yang didirikan oleh Matsuzaki Horyu. Selain itu juga dikenal Bp. Setyo Haryono dan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Goju-ryu, Bp. Nardi T. Nirwanto dengan beberapa tokoh lainnya membawa aliran Kyokushin. Aliran Shito-ryu juga tumbuh di Indonesia dibawah perguruan GABDIKA Shitoryu (dengan tokohnya Bp. Dr. Markus Basuki) dan SHINDOKA (dengan tokohnya Bp. Bert Lengkong).






Selain aliran-aliran yang bersumber dari Jepang diatas, ada juga beberapa aliran Karate di Indonesia yang dikembangkan oleh putra-putra bangsa Indonesia sendiri, sehingga menjadi independen dan tidak terikat dengan aturan dari Hombu Dojo (Dojo Pusat) di negeri Jepang.
Pada tahun 1972, 25 perguruan Karate di Indonesia, baik yang berasal dari Jepang maupun yang dikembangkan di Indonesia sendiri (independen), setuju untuk bergabung dengan FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), yang sekarang menjadi perwakilan WKF (World Karate Federation) untuk Indonesia. Dimana perguruan karate yang bernaung dibawah FORKI adalah :

1. AMURA
2. BKC (Bandung Karate Club)
3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA
4. FUNAKOSHI
5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu)
6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)
7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)
8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)
9. INKADO (Indonesia Karate-Do)
10.INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)
11.INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)
12.KALA HITAM
13.KANDAGA PRANA
14.KEI SHIN KAN
15.KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)
16.KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)
17.KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)
18.LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)
19.PERKAINDO
20.PORBIKAWA
21.PORDIBYA
22.SHINDOKA
23.SHI ROI TE
24.TAKO INDONESIA
25.WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)

Adapun mereka yang pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal PB. FORKI sejak tahun 1972 sampai dengan saat ini adalah:
1972-1977: Ketua Umum: Widjojo Sujono, Sekretaris Jenderal: Otoman Nuh
1977-1980: Ketua Umum: Sumadi, Sekretaris Jenderal: Rustam Ibrahim
1980-1984: Ketua Umum: Subhan Djajaatmadja, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik
1984-1988: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: Adam Saleh
1988-1992: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik
1992-1996: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik
1997-2001: Ketua Umum: Wiranto, Sekretaris Umum: Hendardji-S
2001-2005: Ketua Umum: Luhut B. Panjaitan, Sekretaris Umum: Hendardji-S.



TOKOH, FAKTA DAN KESIMPULAN PENTING :

Yang pertama membawa karate ke Indonesia adalah Baud Adikusumo, ia mendirikan INKADO (otomatis sebagai perguruan tertua di Indonesia)

Sabeth Mukhsin mendirikan INKAI & FKTI

Anton Lesiangi mendirikan LEMKARI.

CA Taman mendirikan WADOKAI

Matsuzaki Horyu mendirikan KKI

Setyo Haryono membawa GOJU-RYU

Nardi T Nirwanto membawa KYOKUSHIN

Markus Basuki mendirikan GABDIKA SHITO-RYU

Bert Lengkong mendirikan SHINDOKA

Perguruan terakhir adalah INKANAS, perguruan yang berasal dari pemisahan dari LEMKARI dan melebur ke dalam MKC (Medan Karate Club) dan membentuk perguruan baru bernama INKANAS (Institut Karate-Do Nasional)

Source: Berbagai Sumber
Silahkan berikan komentar di bawah,

Kamis, 07 April 2011

Asal Muasal Beladiri Cina

Pengantar

Salam Karate,
Osu..

Pada Postingan berikut ini akan diceritakan bagaimana asal muasal lahirnya beladiri karate. Bukannya apa-apa, pada kenyataannya banyak di antara karateka yang sudah menekuni beladiri,,khususnya karate yang tidak paham mengenai sejarah ini. Tanpa menyebut nama, banyak juga mungkin praktisi,pelatih atau Sabuk Hitam karate yang kalau ditanya, mungkin tidak bisa dengan lugas menjawabnya. Oleh karena itu, bagi kawan-kawan yang menekuni beladiri terutama karate dapat memanfaatkan artikel ini dengan sebaik-baiknya.

Ada beberapa fakta dan cerita yang menarik, yang insya allah dapat memberikan pemahaman dan pengertian bagi kita semua, menyoal bagaimana asal muasal filosofi hingga terbentuknya beladiri itu, keadaan dan masa apa yang dapat melatar belakanginya. Sebagian sumber informasi dari artikel ini juga penulis dapatkan Blog yang dimiliki pada Ginandjar Muhardika dan berbagai informasi lain yang dihimpun dari berbagai sumber. Terimakasih atas tambahan informasi nya.

Selamat membaca…

Asal Muasal Beladiri Cina

Sekitar Abad ke-5, seorang pendeta Budha yang terkenal bernama Bodhidharma (Daruma Daishi) mengembara dari India ke Cina untuk menyebarkan dan membetulkan agama Budha yang menyimpang selama ini di Kerajaan Liang di bawah Kaisar Wu. Setelah perselisihannya dengan Kaisar Wu karena perbedaan pandangan dalam ajaran agama Budha, Bodhidharma mengasingkan diri di biara Shaolin Tsu di pegunungan Sung di bagian Selatan Loyang Ibukota Kerajaan Wei. Di situlah dia melanjutkan pengajarannya dalam agama Budha dan menjadi cikal-bakal Sekte Zen.
Para Rahib Budha Cina pada waktu itu begitu lemah badannya, sehingga mereka tidak dapat menjalankan pelajaran-pelajarannya dengan baik. Setelah dia tahu hal ini, dia memberikan Buku Kekuatan Fisik kepada murid-muridnya, suatu buku petunjuk mengenai latihan fisik. Buku ini mengajarkan teknik pukulan yang dinamakan 18 Arhat, yang kemudian menjadi terkenal sebagai Shaolin Chuan.



Suatu pendapat lain mengatakan, bahwa cerita di atas tadi adalah dongeng semata-mata. Bagaimanapun juga Bodhidharma adalah anak laki-laki ke-3 (tiga) dari Raja India Selatan. Dan sebagai Pangeran, dia ahli ilmu perang yang menjadi salah satu pendidikannya, hal serupa dengan Sakyamuni. Lagi pula hanya orang dengan pikiran dan badan yang kuat yang dapat mengadakan perjalanan yang demikian jauh dan banyak rintangannya.

Seorang ahli ilmu bela diri lain yang sangat terkenal yang muncul pada jaman Dinasti Sung (920-1279 M) adalah Chang Sang Feng (Thio Sam Hong). Awalnya Chang belajar ilmu bela diri pada Shaolin Tsu , kemudian mengasingkan diri di gunung Wutang (Butong). Di tempat inilah dia mengamati macam-macam gerakan binatang, seperti kera, burung bangau, dan ular. Berdasarkan pengamatannya, dia menciptakan gaya perkelahian yang khas dengan pribadinya yang disebut aliran Wutang. Kalau Shaolin Chuan hanya dipraktekkan oleh para Pendeta Budha, maka aliran Wutang ini diperuntukkan orang awam yang tidak ada ikatan dengan aliran Kuil manapun. Chang mengajarkan supaya menerima pukulan lawan dengan gaya lemah gemulai seperti air yang mengalir dan menyerang dengan satu kepastian untuk mengakhiri perlawanan dengan sekali pukul. Ciptaannya didasari dengan gagasan tentang harus adanya gerak melingkar yang luwes dan gerakan ujung yang tajam. Aliran ini selanjutnya punya dampak yang luas di dalam perkembangan seni bela diri di China. Gaya aliran Wutang ini segera tersebar merata di seluruh Wilayah China bagian utara yang pada masa kemudian akan berkembang menjadi Taichi-Chuan, Hsingi-Chuan, dan Pakua-Chuan.



Masih terdapat banyak tokoh seni bela diri yang menciptakan gaya dan aliran masing-masing. Diantaranya Chueh Yuan yang juga pernah belajar di Shaolin Tsu. Pada tahun 1151-1368 M dia berhasil menciptakan aliran baru dengan cara memperluas 18 pukulan Arhat menjadi 72 jurus. Dia berkeliling ke banyak Wilayah China dan kemudian bertemu dengan Po Yu Feng yang menciptakan pukulan Wu Chuan. Keduanya mengadakan kerjasama menciptakan satu aliran baru yang mencapai 170 macam gaya ilmu pukulan, diantaranya Lima Tinju, Tinju Naga, Tinju Harimau, Tinju Bangau, Tinju Macan Tutul, dan Tinju Ular.

Di seluruh Wilayah CIna yang begitu luas, berbagai macam gaya dan aliran bela diri dikembangkan, yang akhirnya menyesuaikan diri deng an sifat-sifat lingkungan di mana gaya dan aliran itu berkembang dan dipraktekkan. Namun pada umumnya, berbagai aliran dan gaya yang ada dapat dibagi menjadi dua aliran yaitu aliran UTARA dan aliran SELATAN.

Aliran Selatan berasal dari daerah Cina Selatan di bagian hilir sungai Yang Tse. Karena beriklim sedang, sumber kegiatan ekonomi yang paling utama di wilayah ini adalah pertanian khususnya beras. Rakyat setempat cenderung bertubuh gempal dan kuat karena kegiatan kerja di sawah. Disamping itu di wilayah selatan terdapat banyak sekali sungai, sehingga alat lalu lintas yang utama adalah perahu. Dengan mendayung sehari-hari menyebabkan badan bagian atas lebih berkembang. Maka dengan demikian aliran selatan ini menekankan pada gaya melentur dan penggunaan tangan dan kepala.

Aliran Utara berkembang di wilayah Cina Utara di bagian hulu Sungai Yang Tse, dimana sifat daerahnya adalah pegunungan. Mengingat di wilayah ini banyak orang terlibat dengan perburuan binatang dan penebangan kayu sebagai sumber nafkah. Maka aliran utara ini lebih menekankan pada gerakan yang lincah dan penggunaan teknik tendangan.

TOKOH, FAKTA DAN KESIMPULAN PENTING :

Teori yang menyebut bahwa asal beladiri di sebagian besar dunia adalah dari India, adalah benar adanya. Dimulai dari Bodidharma, kemudia dia mengajarkan Shaolin, kemudian berkembang di Cina. Beladiri dari Cina berkembang ke Jepang, Korea, dan ke banyak belahan dunia lainnya, hingga lahirnya beladiri-beladiri baru yang saling dipengaruhi oleh beladiri sebelumnya.

Legenda begitu terkenalnya Kungfu Shaolin ternyata, yang tidak disadari oleh banyak orang berasal dari seorang bernama Bodhidarma, seorang pengembara dari India yang berkebutulan tidak ada misi beladiri sama sekali, melainkan hanya untuk memperbaiki ajaran Budha. Padahal sebelumnya rahib-rahib Shaolin jangankan ahli beladiri, malahan mereka dahulunya sangat lemah fisiknya.

Kungfu Butong (Wutang) yang sering kita dengar dan lihat di televisi berasal dari Chang Sang Feng (Thio Sam Hong) sekitar 800 tahun yang lalu. Wutang diperuntukkan bagi masyrakat umum, sedangkan Saholin hanya bagi Kuil.

Meski begitu banyak muncul jenis aliran di Cina, pada konsepnya terbagi 2 (dua) saja :
Aliran Utara berkonsep kuda-kuda yang baik dan penekanan pada kekuatan tangan.
Aliran Selatan berkonsep pada kelincahan gerakan dan teknik tendangan.

Silahkan berikan komentar di bawah,
Atau .SMS at 085278823360